“Power
Of Love” – part 8
-saat tiba dirumah, segera aku masuk
kamar dan meluarkan handphone lalu aku mencetak semua photo yg kuambil
disekolah tadi. Ketika aku hendak mencetaknya aku mendengar suara pintu yg
perlahan terbuka seperti seseorang yg hendak mencoba membukanya, namun tak
begitu kuhiraukan. Terus kulanjutkan mencetak poto itu dan suara pintu itu
terdengar lagi oleh ku. Perlahan aku mendekati pintu kamarku itu, dan ternyata
jaxon lah pelakunya-
“nah loh, ayo mau kemana? Kamu
ngapain sih disini?” Tanyaku mencubit telinga jaxon
“ampun kak ampun..! sini deh biar
jaxon jelasin mending kita masuk kekamar kakak aja ya, biar asik jaxon
jelasinnya” jawab jaxon dan menarik tangaku kedalam kamar
“duh.. lepasin dek”
“bentar ya kak.. jadi gini..” jelas
jaxon yg masih menarik tanganku itu
-!!!!!!.. dan.. tahu apa yg
terjadi?? Jaxon mengambil photo yg telah selesai dicetak diatas alat tersebut,
lalu
dia melepaskan tangaku-
“ohh., jadi ini yg mau kamu jelasin
ya? Jadi ternyata tadi kamu ngintipin kakak yaa? Balikin gk poto itu?”
“iya, dari tadi juga jaxon perhatiin
kakak senyum2 sendiri. eh pas liat dimonitor computer kakak ada
potonya kak
justin”
“loh.. kau tau namanya dek? Tau dari
mana?” tanyaku dengan sedikit menundukan badanku
“ya tau dong, gktau dari mana2 sih.
Kan dibajunya kak justin tertulis tuh namanya Justin Drew Bie.. apaan
sih ini
kok gk jelas lagi tulisannya, kakak motoinnya kurang jelas sih” jelas jaxon
mengangkat poto itu
“ihh.. sini dong balikin!” lanjutku
sambil merampas poto itu dari jaxon, namun jaxon berlari dan pergi dari
kamarku
“duh.. bisa-bisanya ya aku dibodohin
sama anak sekecil jaxon? Yaudah gkppalah, toh aku kan masih punya
poto justin”
-lalu aku mencetak poto justin yg
lain, dan kuambil diary dari justin itu dilemariku dan langsung ku tempelkan
poto justin yg telah ku cetak didepan cover diary tersebut. Setelah selesai,
aku mengambil beberapa
gambarku. Tapi ketika aku hendak berfoto ternyata lampu
kameranya dalam posisi on, dari situ aku
menyadarinya. Malu pasti yg aku rasain
tapi yg lebih aku takutkan kalau justin sampai tahu bahwa aku
mengambil gambar
dirinya. Tapi tak apalah, sekalian agar justin peka dengan perasaanku. Setelah
kutempelkan poto ku dan poto justin dicover buku diary berwarna ungu dengan
gambar hati didepannya
serta taburan kelopak bunga mawar berwarna pink akupun
mengembalikannya ketempat biasa aku
menyimpannya selama beberapa tahun ini-
“(yn), kamu makan dulu yaa nanti
setelah kamu makan langsung minum obat, itu obatnya Cuma tinggal beberapa doang
udah hampir habis kok. Jadi jangan ditunda2 lagi ya minum obatnya biar cepat
sembuh” kata ibuku yg berdiri disamping pintu kamar
“iya bu, entar (yn) minum kok. Bu
tapi (yn) heran deh, perasaan (yn) Cuma sakit biasa tapi kok gini banget
sih
bu? Perasaan gk ada deh penyakit biasa yg sembuhnya lama banget kayak (yn)”
-tiba2 ibuku meneteskan air mata,
aku tak tahu apa karena perkataanku tadi menyinggung perasaan ibuku
atau ada yg
salah dengan kata2 yg aku ucapkan tadi-
“ibu kenapa bu? (yn) salah ya bu
ngomong kayak gitu?”
“gk sayang kamu gk salah kok., kamu
harus kuat (yn). Jujur sebenarnya ibu sama ayah masih belum siap
memberitahu
tentang penyakitmu nak, tapi ibu pikir kamu udah cukup dewasa untuk mengetahui
penyakit yg
kamu derita, kamu punya divonis dokter kanker hati, tapi ayah sama
ibu janji akan berusaha agar kamu bisa
sehat kyk teman2mu yg lain” perlahan
ibuku memelukku dan mengelus2 jilbab yg masih terpakai dikepalaku itu
-secara tiba2, aku meneteskan air
mataku tak dapat kuhentikan air yg terus mengalir dipipiku itu. Sekarang
aku
sudah mengetahui penyakit yg aku rasakan selama bertahun2 ini, mungkin itulah
alasan semua orang tak
ingin membertahu penyakitku bahkan dokter spesialis ku
sendiripun tak mau memberitahuku-
“kamu harus tetap kuat ya nak,
banyak kok orang yang mengidap penyakit sepertimu, dan mereka bisa sembuh.
Karena mereka tetap semangat menjalani hidupnya, yakin kalau orang2 disekitar
kamu sangat menyayangimu”
“tapi, (yn) masih gk bisa nerima
semua ini bu.. kalo seandainya (yn) meninggal gimana bu?”
-ibuku langsung melepaskan
pelukannya dan..-
“(yn), kamu gk boleh ngomong gitu
ah.. pokoknya haru yakin kalo kamu masih diberi kehidupan yg panjang
sama
allah, ingat ibu ayah jaxon dan teman2mu sangat menyayangimu. Jadi kamu harus
kuat demi org2 yg
menyayangimu”
-terlintas dipikiranku tentang
justin, karena sampai saat ini justin tak pernah tahu bahwa aku sangat
menyayanginya.
Aku sangat berharap justin akan menyayangiku juga, mungkin itu kebahagian
terindah yg
dapat aku rasakan setelah kasih sayang dari keluargaku jika itu
memang benar terjadi-
“(yn), kamu kenapa nangis?” Tanya
ayahku yg baru saja datang
“(yn) gkppa kok yah, (yn) akan
berusaha kuat melawan penyakit kanker ini yah”
“engga nak kamu gk sakit kanker kok,
penyakit kamu gk separah itu sayang. Udah yaa kamu istirahat aja”
-ayah kemudian menarik tangan ibuku
menuju keluar, perlahan kuikuti mereka-
***
-kulihat ayah dan ibuku bertengkar
karena ibu yg memberitahuku tentang penyakit yg aku derita, ayah terus
menyalahkan ibu, ingin rasanya aku mendekati mereka dan menjelaskan semuanya
namun aku tidak berani. Taklama aku melihat dengan kedua mataku ayah menampar
ibu yg sedang menangis, dan aku pun langsung menghampiri mereka dan kupeluk ibu
yg memeggang pipi sambil menangis-
“yah.. udah dong ibu gk salah kok,
(yn) juga gkppa dikasih tau tentang semuanya malah (yn) senang jadi kalo (yn)
nanti udah gk ada (yn) udah tenang karena udah tahu penyakit yg membunuh (yn),
ayah jangan marahin ibu yah”
-tiba2 jaxon berlari dari kamarnya
dan memelukku yg berdiri diruang tamu sambil menangis-
“kakak jangan tinggalin jaxon, jaxon
tahu jaxon selama ini suka bikin kakak marah. Tapi jaxon sayang sama
kakak
jaxon gkmau kakak ninggalin jaxon pliss kak jangan tinggalin jaxon”
-kutundukan sedikit badanku dan
kupeluk jaxon dengan erat dengar air mata yg terus bercucuran-
“iya, kakak gk bakalan ninggalin
jaxon kok, kakak akan selalu ada buat jaxon kapanpun jaxon mau. Kakak
lebih
sayang sama kamu dek, kakak gk mungkin tega ninggalin kamu. Kamu jangan nangis
yaa, masa anak laki2 nangis sih” sembil kuusap air mata jaxon dan kuajak
sedikit tertawa
“promise me kak”
“promise”
-ketika aku mengangkat tubuhku,
terilhat ayah yg selalu terlihat kuat didepanku itu menangis. Tak tahan
rasanya
aku melihat semua orang menangisiku, aku pun berlari menuju kamar tanpa bicara
kepada mereka-
If you're a readers please leave a coment :D