“Power
Of Love” – part 5
-aku ridho dan citra memang kurang
akrab dengan justin karena selain kelas yg berbeda juga jarak kelas justin yang
jauh dengan kelas kami bertiga. hari perhari telah kujalani-
*depankelas
“cit, justin kalo dirumahnya suka
ngapain yaa?” tanyaku kepada citra
“yaa gitu dia suka main piano, wihh
bagus loh dia mainnya”
“beneran?”
“yaiyalah masa aku bohong sih, emang
kenapa. Kamu naksir justin yaaa?”
“yah gitu deh.. tapi kamu jgn bilang
siapa2 yahh aku tuh udah dari dulu suka sama dia bayangkan dari kelas
2 SD cit”
“sippdeh, aku gk bakal kasih tau
siapapun”
-perasaanku sudah agak sedikit tenang
karena setidaknya jika aku kelak tiada sudah ada seseorang yg mengetahui
perasaanku kepada justin. suddenly,
justin bersama dengan seorang wanita cantik yg kami berdua tidak kenal menyapa
aku dan citra yg sedang duduk didepan kelas, tampaknya mereka seperti pasangan-
“ehh, kalian lagi ngapain?” Tanya
justin
“emm.. kita lgi duduk aja, ini siapa
just?” Tanya citra
“ohiya, ini aku lupa kenalin sama
kalian. Ini pacarku, baru kemarin jadian” jelas justin
“loh, bukannya baru kemarin kamu
main basket dengan kita bertiga?” kata citra
- berat rasanya menerima kenyataan
yg baru aku ketahui itu, ingin rasanya aku mengungkapkan semua isi
hatiku ke
justin tapi aku rasa itu bkn waktu yg tepat untuk justin mengetahuinya. Tak
sadar diriku, ternyata tetes air keluar satu persatu dari mataku yg semula
putih bening kini menjadi merah berair. Perlahan kuusap titik2 air yg terus
mengalir dipipiku itu-
“iya, pas disekolah aku nembak dia.
Namanya Sofia dia anak IPA 1 satu kelas denganku” ujar justin
“selamat yaa just sof” ujarku dengan
berat hati
“ohh jadi..” ucap citra terputus
“ehh (yn) kamu kenapa? Kok matanya
merah?” Tanya justin memotong pembicaraan citra
“emm engga, tadi Cuma sedikit perih
matanya. Yaudah aku ketoilet bentar yam mau cuci mata” jelasku
“ (yn) di westaple kelas aja kan
ada” saran citra
“engga deh..” jawabku sambil berlari
menuju toilet
-butiran air terus mengalir
dipipiku, jilbab putih yg kupakai kini menjadi basah. Aku tak dapat menghentikan
deraian air mata itu. Terus terbayang dipikiranku ucapan justin yg kudengar
serta keromantisan justin dan sofia yg tadi ku saksikan, tak pernah terbayangkan
olehku bahwa hari ini akan menjadi hari yg begitu menyakitkan untukku padahal
baru kemarin aku merasa bahagia karena justin begitu perhatian denganku namun
ternyata aku salah kemarin itu hanyalah perhatian kecil biasa sebagai seorang
teman. Yaallah mengapa cepat kau ambil kebahagian itu dariku!? Terus kusesali
diriku mengapa aku tak pernah mau mengungkapkan perasaanku kepada justin.
Sampai akhirnya citra menyusulku ketoilet yg letaknya tidak jauh dari ruangan
kelasku-
“loh (yn), kamu kenapa?” Tanya citra
-akupun memutar posisi tubuhku dan
menghampiri citra yg berada disampingku, aku memeluk citra dengan
erat-
“udah (yn) kamu harus kuat yaa, kamu
harus yakin kalo nanti suatu saat kamu bakalan gantiin posisinya sofia.
Sekarang kita ke kelas yukk ridho udah nyariin kita” bujuk citra dengan nada
yang begitu lembut
-akhirnya aku dan citra pun kembali
kekelas, dengan mataku yang masih agak sedikit merah. Pulang sekolah biasanya
aku ridho dan citra pulang bertiga, namun hari ini tampak berbeda aku memilih
untuk pulang sendiri-
“(yn), pulang yukk?” Tanya ridho
“engga deh, kalian duluan aja yaa”
jawabku
“loh kenapa? Kan gk seru kalo
pulangnya gk ada kamu?” ujar ridho
“iya (yn) ayolah kita pulang” bujuk
citra
“emm.. aku lagiii.. lagi ada urusan
sebentar, aiya ada urusan. Kalian duluan
gkppa yaa??” jelasku terpatah2
“ohyaudah deh.. kita duluan yaa”
kata citra meninggalkanku dikursi depan kelas
-suara keramain dilingkungan sekolah
mulai tak terdengar. Tak terlihat lagi lalu lalang orang2 didepanku, sekolah
sudah mulai sepi hanya aku yg tersisah disana,tiba2 terdengar olehku nada yg
begitu indah yg memecahkan keheningan disekitar sekolah. Aku terus mengikuti
arus suara tersebut sampai akhirnya aku sampai dititik suara itu ternyata ada seorang
siswa laki2 yg sedang memainkan piano diruang music tanpa ada satu org pun yg
menemaninya. Aku hanya dapat melihatnya dari jendela aku tak berani memasuki
ruangan itu. Tak lama pria itu mengalihkan pandangannya kearah jendela tepat
dimana aku berdiri, ternyata itu justin yaa dia justin yg sedang memainkan
piano, ingin sekali rasanya aku memasuki ruangan music itu namun langkah kakiku
sangat menolak untuk melangkah kedalam ruangan itu. Sungguh itu permainan piano
yg sangat indah-
“hey (yn), kamu ngapain?” Tanya
justin
-aku begitu gugup berhadapan
dengannya, namun aku mencoba membuka mulutku untuk berbicara dgnnya-
“emm, tadi aku mendengar suara piano
dan aku mengikutinya dan ternyata kau yg memainkannya. Kau
hanya sendiri?”
“engga, ada sofia kok tapi dia lagi
keluar beli minuman. Jadi yaa aku latihan sendiri deh, kamu kok blm
pulang?”
“aku.. aku lagi pengen disekolah
aja?” tanyaku gugup
“kamu kok kayak gelisah gitu?” Tanya
justin sedikit heran
“emm engga kok, aku Cuma mau bilang
kamu main pianonya bagus. Yaudah kalo gitu aku pulang yaa”
pamitku kepada
justin
-entah kenapa saat itu aku merasa sangat cemburu
ketika aku tahu bahwa justin latihan piano dengan
sofia pacar barunya itu. Aku
terus menyalahkan diriku, kenapa aku tidak bisa seperti sofia yg dapat bermain
piano berdua dengan justin padahal aku sangat ingin berlatih piano dengan
justin. Deraian air mataku pun menetes lagi hingga sampai kerumah butiran air
itupun masih sangat deras mengalir, terus kucoba mengusapnnya agar tak tampak
oleh siapapun bahwa aku menangis-
If you're a readers please leave a coment :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar